November 30, 2010

HILANG

Tersenyumlah saat kau mengingat aku

Karena saat itu aku sangat merindukanmu

Dan menangislah saat kau merindukanku

Karena saat itu aku tak berada di sampingmu


Tetapi pejamkanlah mata indahmu itu

Karena saat itu aku 'kan terasa ada di dekatmu

Karena ku telah berada di hatimu untuk selamanya


Tak ada yang tersisa lagi untukku

Selain kenangan-kenangan yang indah bersamamu


Mata indah yang dengannya ku biasa melihat keindahan cinta

Mata indah yang dahulu adalah milikku


Kini semuanya terasa jauh meninggalkanku

Kehidupan terasa kosong tanpa keindahanmu


Hati, cinta, dan rinduku adalah milikmu

Cintamu takkan pernah membebaskanku

Bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain

Saat sayap-sayap cintaku patah karenamu

Cintamu akan tetap tinggal bersamaku

Hingga akhir hayatku dan setelah kematian

Hingga tangan Tuhan akan menyatukan kita lagi


Betapa pun hati telah terpikat pada sosok terang dalam kegelapan yang tengah menghidupkan sinar redupku

Namun tak dapat menyinari dan menghangatkan perasaanku yang sesungguhnya


Ku takkan pernah bisa menemukan cinta yang lain selain cintamu


Karena mereka tak tertandingi oleh sosok dirimu dalam jiwaku


Kau tak akan pernah terganti,

bagai pecahan logam,

mengekalkan kesunyian, kesendirian, dan kesedihanku



Kini ku telah kehilanganmu

November 22, 2010

I'm not hurt u

sungguh...
gk pernah ada sedikit pun niat di hatiQ untuk menyakitimu..
maafkan aQ yg m'buatmu sakit..

aQ gk pernah punya niat sedikitpun u/ pergi dan m'ingkari janji yg Q ikrarkan sendiri..


tapi sungguh...
sulit..
benar-benar sulit u/ m'cintaimu lagi seperti waktu itu..


maaf...

give me another chance...

November 12, 2010

Muhammad Ar-Rasul di Thaif

Sepeninggal Abu Thalib, gangguan kafir Quraisy terhadap Rasulullah saaw semakin bertambah ganas. Ketika beliau merasakan gangguan kaum musyrikin Quraisy bertambah hebat dan tetap menolak serta menjauhi agama Islam, beliau berpikir untuk meninggalkan Makkah dan pergi ke Tha’if. Beliau berharap akan memperoleh dukungan penduduk setempat dan akan menyambut baik ajakan beliau untuk memeluk agama Islam. Dengan harapan itu, Muhammad saaw sang Rasul bersama Zaid bin Haritsah, anak angkat beliau saaw, pergi ke Tha’if.
Banyak tokoh Quraisy membangun tempat peristirahatan di sana. Kabilah terbesar di Tha’if adalah Bani Tsaqif, kabilah yang berkuasa serta mempunyai kekuatan fisik dan ekonomi yang cukup memadai. Mengetahui akan hal ini, Rasulullah saaw menemui pemimpin Bani Tsaqif yang terdiri dari tiga bersaudara.
Rasulullah saaw menyampaikan maksud kedatangan beliau dan mengajak mereka untuk memeluk Islam dan tidak menyembah selain Allah SWT. Namun jawaban dari mereka sungguh di luar harapan Nabi Muhammad saaw.
Salah satu dari mereka berkata, “Apakah Allah tidak dapat memperoleh seseorang untuk diutus selain engkau?”
Yang lainnya berkata, “Kami hidup turun-temurun di sini. Tiada kesusahan atau pun penderitaan. Hidup kami makmur, serba berkecukupan, dan kami merasa senang dan bahagia. Oleh sebab itu, kami tak perlu agamamu. Juga tidak perlu dengan segala ajaranmu. Kami pun punya Tuhan yang bernama Al-Latta, yang memiliki kekuatan melebihi berhala Hubal di Ka’bah. Buktiny dia telah memberikan kesenangan di sini dengan segala kemewahan dan kekayaan yang kami miliki.”
Yang lainnya lagi berkata, “Jauh berbeda dengan ajaran yang kalian tawarkan. Penuh siksaan dan daerah yang selalu penuh dengan derita. Jels kami menolak ajaran kalian. Bila tidak, akan menimbulkan malapetaka bagi penduduk kami di sini.”
Mendengar jawaban mereka, berkata Muhammad Rasulullah saaw, “Bila memang demikian, kami pun tidak memaksa. Maaf kalau telah mengganggu kalian. Kami mohon diri.”
Berkata mereka, “Pergilah kalian cepat-cepat dari sini! Sebelum kau sebarkan bencana besar bagi penduduk di sini. Oh ya, kedatangan kalian ke sini tak bisa kami diamkan begitu saja. Mau tak mau kami harus melaporkan hal ini kepada pemimpin Bani Quraisy di Makkah sebagai mitra kami. Kami tidak ingin berkhianat kepada mereka.”
Maka Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah keluar dari rumah para pemimpin Bani Tsaqif itu. Akan tetapi, para pemimpin Bani Tsaqif tidak membiarkan mereka berdua pergi begitu saja. Di luar rumah para pemimpin Bani Tsaqif, Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah dihadang oleh sekelompok penduduk kota Tha’if yang tampaknya tidak ramah. Bahkan di antara kelompok itu ada beberapa anak kecil. Dengan satu aba-aba dari seseorang, sekelompok penduduk itu pun melempari Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah dengan batu. Zaid bin Haritsah berusaha melindungi Rasulullah saaw sambil pergi dari tempat itu. Mereka berdua terluka akibat lemparan-lemparan itu.
Setelah agak jauh dari kota Tha’if, Rasulullah berteduh dekat sebuah pohon sambil membersihkan luka-luka mereka.
Sesudah agak tenang, Rasulullah mengangkat kepala menengadah ke atas, ia hanyut dalam suatu doa yang berisi pengaduan yang sangat mengharukan:
“Allahumma ya Allah, kepadaMu juga aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kemampuanku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Mahapengasih Mahapenyayang. Engkaulah yang melindungi si lemah, dan Engkaulah Pelindungku. Kepada siapa hendak Kauserahkan daku? Kepada orang yang jauhkah yang berwajah muram kepadaku, atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli, sebab sungguh luas kenikmatan yang Kaulimpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada Nur Wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat. Janganlah Engkau timpakan kemurkaanMu kepadaku. Engkaulah yang berhak menegur hingga berkenan pada-Mu. Dan tiada daya upaya kecuali dengan Engkau.”
Allah mengutus Jibril untuk menghampiri beliau saaw. Jibril berkata, “Allah mengetahui apa yang telah terjadi di antara kamu dan penduduk kota Tha’if. Dia telah menyediakan malaikat di gunung-gunung di sini untuk menjalankan perintahmu. Jika engkau mau, maka malaikat-malaikat itu akan menabrakkan gunung-gunung itu hingga penduduk kota itu akan binasa. Atau engkau sebutkan saja suatu hukuman bagi penduduk kota itu.”
Rasulullah saaw terkejut dengan hal ini, lalu bersabda, “Walau pun orang-orang ini tidak menerima ajaran Islam, aku harap dengan kehendak Allah, anak-anak mereka pada suatu masa nanti akan menyembah Allah dan berbakti kepada-Nya.” Demikianlah kelembutan hati Rasulullah saaw. Dia manusia, tapi tak seperti manusia. Begitu mulya pengorbanan beliau. Walaupun halangan menimpa, namun hatinya tetap tabah dan penuh kelembutan dan kasih-sayang. Maka betapa kejinya orang-orang yang menghina manusia mulya ini. Betapa jahatnya orang-orang yang menyakiti beliau. Akan tetapi manusia di zaman ini begitu mudah menyakiti perasaan beliau dengan meninggalkan ajaran beliau saaw. Tidak tahukah mereka, bahwa setiap hari amal-amal mereka dihadapkan kepada Rasulullah? Jika amal itu baik, maka beliau pun bergembira dan bersyukur. Jika amal itu buruk, maka beliau dengan kelembutannya memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang itu. Adakah pemimpin yang selalu memikirkan ummatnya dari sejak di dunia hingga di kehidupan berikutnya selain beliau saaw?
Tak jauh dari tempat istirahat Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah, terdapat sebuah kebun milik Utbah bin Rabi’ah. Kebetulan dua orang anak Utbah berada di situ. Melihat keadaan Rasulullah SAW dan Zaid, mereka menyuruh budak mereka, Addas, yang beragama Nashrani untuk membawakan buah anggur dari kebun itu.
Pelayan itu segera menghampiri Rasulullah saaw dan berkata, “Makanlah anggur ini wahai tuan-tuan. Semoga dapat melepaskan dahaga kalian.” Kemudian Rasulullah saaw mengambil anggur itu sambil mengucapkan, “Bismillah.”
Addas, demi mendengar ucapan Rasulullah saaw, merasa kagum dan berkata, “Sungguh, kata-kata itu tidak pernah diucapkan penduduk daerah ini.”
Rasulullah saaw bertanya, “Dari negara mana engkau dan apa agamamu?” Addas menjawab, “Aku seorang penganut Nashrani, aku berasal dari Niniwe.”
Rasulullah saaw berkata, “Oh, dusun tempat seorang hamba Allah yang shalih, Yunus bin Matta.”
Addas bertanya penuh kekaguman, “Dari manakah Anda mengenal Yunus bin Matta?” Rasulullah saaw menjawab, “Dia saudaraku. Dia seorang nabi, dan aku pun seorang nabi.”
Dengan perasaan gembira bercampur haru, Addas memeluk Rasulullah dan menciumi kening, tangan dan kaki Rasulullah saaw.
Setelah merasa cukup beristirahat, Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah beranjak pulang ke Makkah.
Yunus bin Matta adalah seorang Nabi dari Niniwe, terkadang disebut juga sebagai Dzun Nun. Penduduk Niniwe begitu ingkar dan menolak ajaran yang dibawa beliau as. Lalu beliau pergi dari negeri itu dengan menggunakan perahu. Akan tetapi di tengah laut beliau terpaksa di buang ke laut dan kemudian di makan ikan. Beliau tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam. Kemudian beliau dimuntahkan ikan itu ke tepi pantai dekat Niniwe. Penduduk Niniwe menyambut kedatangan beliau yang ternyata penduduk Niniwe telah bertobat dan menerima ajaran yang beliau bawa.
Kisah ini dapat dilihat dalam Al-Qur`an surat Al-Anbiya` ayat 87-88 dan Ash-Shaffat ayat 139-148.

BUDAYA INDONESIA, ANTARA FEODALISME DAN WESTERNISASI

Hei, kalian yang sedang duduk di sana…
Iya, kalian…
Kalian semua yang masih bisa mendengar suaraku…
Kalian semua yang mengaku pemuda Indonesia…
Yang selama ini selalu meneriakkan “Sumpah Mahasiswa Indonesia” dengan bangga…

Aku ingin bertanya…
Pernahkah kalian berpikir sedikit saja tentang hakikat bangsa ini…
Tentang budaya bangsa ini…
Tentang apa yang seharusnya menjadi kebanggaan bangsa kita…

Tahukah kamu…
Masih ada setan besar yang meng hantui bangsa kita…
Setan yang menghisap darah rakyat kita…
Memasung kemerdekaan rakyat kita…
Membunuh bangsa kita perlahan-lahan…

Setan sisa feodal, kekolotan…
Yang memasung kebebasan demokrasi…
Ini era demokrasi...
Semua punya hak berpendapat…
Karena wanita dan bahkan anak-anak juga punya suara…
Mereka berhak berbicara…
Tapi mengapa di sudut sana, sudut sana…
Suara mereka masih terbungkam…
Dengan kata ‘budaya’….

Apakah kau juga melihat apa yang terjadi di sudut sana…
Dua orang anak muda, menggoyangkan badan…
Diiringi musik yang memekakkan telinga…
Di sudut lain, seorang anak muda menenggak segelas Vodka, terkadang Jack Daniel,
kali lain Vodka, sering juga Martini…
Mereka semua larut dalam ruangan dengan asap rokok membumbung di atas kepala-kepala mereka yang tergerogoti budaya barat…
Cobalah lihat di banyak tempat…
Perhatika pakaian mereka, gaya mereka berbicara, life style mereka…
Dengan bangga mereka bilang, “Ini gaul!”
Tapi mereka tak tergerak untuk menampakkan identitas bangsa mereka…

Budaya bangsa kita yang sesungguhnya indah…
Dan mengundang decak kagum bangsa lain…
Hingga mereka iri dan mencurinya…
Kian tergerogoti dengan sisa feodal yang masih mengakar dengan kuat…
Ditambah lagi westernisasi yang terus menyerang pemuda negeri ini…

Kalian semua…
Tolonglah…
Jadilah pioneer untuk memulihkan budaya bangsa kita…
Karena bangsa kita, terjepit antara sisa feodal dan westernisasi…

THE MOON AND THE STAR

Bintang itu tetap bersinar malam ini
Cantik dan anggun seperti biasa kami berjumpa
Dari jauh aku menggumam
"Engkau adalah bintang terindah"
"yang denganmu, bahkan kelamnya malam tak akan menggentarkanku"
"Aku ingin memandangimu lebih lama lagi"

Aku dengan suka cita bersimpuh
penuh dengan kedamaian memandangimu
tetap di sana hingga kau menghilang di balik awan
dan tak terlihat lagi
Aku sedih menyadari bahwa itu adalah perpisahan
Sang bulan lalu melihatku dan bertanya,
"Kenapa kau bersedih?"
Aku mengangkat wajahku dan melihat ke arahnya
"Bintang itu telah pergi"
"Aku tak akan bisa hidup tanpanya"
Sang Bulan lalu tersenyum,
"Kalau begitu, pulang dan datanglah esok kemari"
"Aku akan menyinari jalanmu agar kau tidak tersesat"

Maka aku terus dan terus datang untuk sekedar memandangmu
dari jauh tempatku bersimpuh
Tak peduli kata rerumputan bahwa aku hanya membuang waktuku
"Dia tak akan pernah turun ke bumi"
Begitulah kata mereka
"Bintang dan manusia tak seharusnya bersatu"
Aku membuang muka dan mengacuhkannya
dan lebih tertarik dengan bintang satu itu
Tak lama kau menghilang lagi, cepat dan dingin seperti biasa
"Tapi tak apa.."
Betapapun kau akhirnya meninggalkanku,
aku tetap bersyukur dengan pertemuan kita

Dengan ditemani sang Bulan dan sayup-sayup ocehan rerumputan
Malam itu aku bertanya,
"Bulan, akankah dia bersinar selamanya?"
Sang bulan tersenyum seperti yang selalu ia lakukan
"Tentu saja," jawabnya hangat
"Tapi...," aku masih saja diliputi kekhawatiran
"Dia telah menyinariku dan mengusir kesepianku"
"Tapi siapakah yang akan mengusir kesepiannya?"
Sang bulan tersenyum lagi
"Bintang-bintang kecil di sekitarnya yang akan menjaganya"
"dan menjadi temannya di kala ia merasa kesepian"
Aku mendongak memandangi bintang-bintang kecil itu
Terpana dan terpesona
"Aku senang ia akan terus hidup"
"Tapi aku selalu berharap bisa menjadi salah satu bintang kecilnya"
"yang akan menyinarinya dan mengusir kesepiannya.."
Kataku sedih

Ocehan rerumputan mulai berteriak memaki-maki
Memandang hina apa yang baru saja kuluapkan dan kupendam sejak lama
Sang bulan pun untuk pertama kalinya meredup
dan memucat
"Mari..," katanya bergetar, "kuantar kau pulang"
"Esok dia pasti datang lagi, jadi janganlah bersedih.."

Kakiku terasa lebih berat untuk melangkah
Bukan karena aku tak ingin pergi
tapi karena aku baru mengakui bahwa kita memang tak bisa bersatu
Aku hanya selalu memilih untuk tidak mempedulikannya
Betapapun giat rerumputan itu memperingatkanku
Aku ingin tetap berusaha membuatmu turun dari tahta penuh kesombonganmu itu
dan benar-benar turun ke bumi
sejenak melupakan kawan-kawan kecilmu di atas sana
dan berkata
"Terima kasih sudah menemaniku selama ini"
"Aku ingin kau menjadi bintang buatku, dan menyinariku"
Tapi kau tak pernah melakukannya
Dan aku dengan bodohnya terus memandangimu dan berharap
Karena itulah kakiku menjadi lebih berat untuk melangkah pergi
Memandangmu sekali lagi di balik awan gelap
yang mungkin sengaja kau kenakan..

Sejenak segalanya tampak lebih jelas dan pilu
Di saat aku memandang sang Bulan
yang entah bagaimana menyadari remuknya hati ini
dan ia tak bisa berbohong dari wajahnya yang turut bersedih..
Aku tahu, sampai kapanpun ia tak akan bosan menemaniku
Aku tahu, sampai kapanpun ia tak akan berhenti menyinariku

Puaskah, By: WALI

puaskah kau lukaiku
puaskah kau sakitiku
puaskah khianatiku
puaskah oh sayangku


dimanakah nuranimu
dimana akal sehatmu
sekarang kau campakkanku
setelah kau dapatkanku

reff:
mungkin hanya bila ku mati
kau kan berhenti tuk menyakiti
sampai kapan aku begini terus begini
terus ’kan kau lukai

ingatkah saat yang lalu
saat kau peluk diriku
tapi kini semua layu
kau tega khianatiku

repeat reff [2x]

Aku Sakit, By: WALI

Aku sakit
Bila menatap matamu
Sadarku bahwa engkau bukan milikku

Aku sakit
Bila ku mengagumimu
Sadarku kau tak pernah mengagumi ku


Bangunkan aku dari tidur panjangku
Sadarkan aku dari mimpi tentangmu
Ku salah bila ku berharap padamu
Salah ku paksa kau tuk mengagumi ku


Kau tak tau perasaan ku
Dan ku tak mau kau tau


Aku sakit
Jika kau tau hatiku
Karna diriku tak berarti bagimu


Aku sakit
Bilakah kau sembuhkan aku
Tak mungkin, tak mungkin sungguh tidak mungkin


Kau tak tau perasaan ku
Dan ku tak mau kau tau

Curhat Tadi Malam, plus Pesan untuk Kawanku

Hmmm...
Pengen cerita juga sih...

Tadi malam aku udah ngomong banyak banget sama Hajara.
Banyak hal. Terutama sih yang terjadi akhir-akhir ini antara kami.
Kemarin lusa Hajar sms aq, aq gk tw kalo itu nomornya dy. Coz dy smsnya k hapeQ yg satunya.
Intinya sih dy pengen kami ngomongin masalah ini.
Aq setuju, rencananya besok sorenya abis kuliah terkahir kami bakal ngomongin masalah ini. Gak twnya aQ ketiduran, sodara-sodara.
Yawdah aQ sekalian z tidur dan gk kuliah. Si Hajar sms lagi, jadi nie mw gimana.
Akhirnya malamnya kami bakal ketemu dan ngomongin.
Dy kan nanya, mw ngomong di mana. Aq usulin d Kenjeran, aQ pengen liat laut.
Ya sudah, kami pun motoran ke sana. Dy yg bawa motor, aQ dibonceng.

Trus kami jalan lama banget. Batinku, ini kok nggak sampai juga sih.. Aslinya sih dy emang gk pernah k Kenjeran.
Kami jalan tuh sampai ke tol, tol ke mana? Madura, sodara-sodara.
Jadi dari asramaku, kami sampai ke Jembatan Suramadu.
Ya sudah, kami pun ngelewati tol.
Kami jalan terus, pokoknya sampe nemu rambu dibolehkan berhenti.

Kami akhirnya berhenti di pinggir jembata situ. Menghadap ke Selat Madura.
*lautnya gk keliatan, sedih aQ... T_T*
Di situ kami ngomongin semua, semua..
Everything..
Tentang cinta segitiga ini *Ciee, bahasaQ*
Tentang konflik yg terjadi antara Hajar dan teman-temannya..
Dll...
Dll...
Dan sekaligus berusaha menyelesaikan konflik antara kami..

Kami di situ sampai jam setengah 11... Yah, sekitar 1 jam lebih lah...
Trus kami balik..
Selesai...

Semoga aja masalah kami benar-benar selesai, Ya Allah..

Hmm, Jar...
Kamu ngerti kan kenapa manusia diciptakan memiliki 2 telinga dan hanya 1 mulut..
Agar mereka lebih banyak mendengar..
Dan aQ akan mendengarkan apapun yg nggak bisa kamu bicarakan dengan mereka..

Aq juga temanmu, kamu juga temanQ...

Its a New Day

Berat... Berat banget rasanya melepas seseorang yang dicintai demi orang lain, walaupun itu teman sendiri.
Tapi aku harus. Aku bukan seseorang yang bisa dengan egoisnya menghancurkan kebahagiaan teman sendiri. Apalagi si cowok itu sendiri memilih temanku.
Ya sudah, nggak mungkin aku perjuangkan cintaku kan..

Kalau kata temanku, ada 2 pilihan yang harus aku pilih salah satunya.
1. Memilih sahabat daripada cinta
--> Yah, berarti aku harus 'mundur'. Logikanya, aku bisa cerita tentang pacar ke sahabatku, tapi aku nggak mungkin bisa cerita tentang sahabatku ke pacar.
Sahabat yang selalu ada untuk aku, baik aku lagi nggak punya pacar ataupun pas punya.
Beda dengan pacar.
2. Teori ekstrim nih... Cinta itu nggak pernah salah. Cinta nggak bisa memilih, dia akan jatuh ke mana. Bisa aja aku mencintai seseorang yang juga disukai temanku sendiri, orang yang udah punya pacar, bahkan mungkin yang sudah beristri.
--> Karena prinsip ini, aku berhak untuk memperjuangkan cintaku. Aku berhak untuk terus maju dan bersaing dengan temanku sendiri, KARENA CINTA NGGAK PERNAH SALAH.

Semua pilihan ada di tanganku.
Kalau boleh milih, aku pengen 2 pilihan itu.
Cinta itu nggak pernah salah. Mana aku tahu kalau akhirnya aku suka sama tuh orang, mana aku tahu kalau tuh orang ternyata sukanya ama temanku sendiri, dan mana aku tahu kalau temanku pun menerima dia.
Tapi aku nggak mungkin memaksakan egoku untuk memiliki cowok itu. Terlalu banyak hati yang tersakiti. Yang jelas, aku menyakiti temanku sendiri, dan cowok itu pun belum tentu akan lebih bahagia sama aku, kalau sudah begitu aku sendiri yang akan sakit hati.
Hmmmm..... Not happy ending...
Jadi, aku juga ambil opsi pertama. Lebih memilih sahabat daripada cinta.
Biarlah, cukup aku saja yang merasakan sakit ini. Yang penting mereka bisa bahagia.

Pilihan yang aku ambil ini berat, berat banget.
Asli, sakit banget. Luka ini benar-benar dalam.
Benar yang kamu bilang, kawan. Walaupun nantinya aku sembuh dari luka ini. Tapi tetap saja meninggalkan bekas yang nggak akan pernah hilang.

Tapi aku harus, harus melakukan ini.
Dan aku harus bisa melakukan ini.
HARUS...!!!

SMS for Someone

Ini memang berat, tapi aku harus...
Demi orang-orang yang aku sayang. kamu, dan dia...

aku semakin kenal degan dia.
Semakin mengerti seperti apa dia.
Kalau kamu memang benar-benar serius sama dia, tolong jaga saudaraku baik-baik.
Jangan sampai dia menangis karena kamu.
Cukup aku yang menangis, air matanya terlalu berharga untuk diteteskan.

Please...

November 10, 2010

CINTA

Status t'baruku d facebook:
"Oke, Yum..
Sudah cukup kamu menyakiti mereka, sudah cukup kamu menyiksa dirimu sendiri..

Selesaikan masalahmu saat ini dengan mereka..

Ingat, ada seseorang d sana yg m'ingatmu sebagai cinta pertamanya,
merasa damai dengan m'ingatmu..
Dan mulai belajar u/ m'cintaimu lagi..

Begitupun seharusnya dirimu padanya..."



Sudah cukup...
AQ gk mw pusing lagi mikirin masalahku sama Mario dan Hajar.
Ini saatnya aQ m'coba keluar dari lubang ini.
Walau sulit, aQ harus bisa..


Aq akan m'coba u/ m'cintai Habli..
Seperti dulu lagi, dan mungkin akan lebih dalam lagi..

Ini mungkin akan sulit.
Karena dulu aq sendiri yg memutuskan u/ berhenti m'cintainya.
Bukan karena m'bencinya, tapi ini dengan sadar.


But I have to try it..
And I have to can do it..!!