Bintang itu tetap bersinar malam ini
Cantik dan anggun seperti biasa kami berjumpa
Dari jauh aku menggumam
"Engkau adalah bintang terindah"
"yang denganmu, bahkan kelamnya malam tak akan menggentarkanku"
"Aku ingin memandangimu lebih lama lagi"
Aku dengan suka cita bersimpuh
penuh dengan kedamaian memandangimu
tetap di sana hingga kau menghilang di balik awan
dan tak terlihat lagi
Aku sedih menyadari bahwa itu adalah perpisahan
Sang bulan lalu melihatku dan bertanya,
"Kenapa kau bersedih?"
Aku mengangkat wajahku dan melihat ke arahnya
"Bintang itu telah pergi"
"Aku tak akan bisa hidup tanpanya"
Sang Bulan lalu tersenyum,
"Kalau begitu, pulang dan datanglah esok kemari"
"Aku akan menyinari jalanmu agar kau tidak tersesat"
Maka aku terus dan terus datang untuk sekedar memandangmu
dari jauh tempatku bersimpuh
Tak peduli kata rerumputan bahwa aku hanya membuang waktuku
"Dia tak akan pernah turun ke bumi"
Begitulah kata mereka
"Bintang dan manusia tak seharusnya bersatu"
Aku membuang muka dan mengacuhkannya
dan lebih tertarik dengan bintang satu itu
Tak lama kau menghilang lagi, cepat dan dingin seperti biasa
"Tapi tak apa.."
Betapapun kau akhirnya meninggalkanku,
aku tetap bersyukur dengan pertemuan kita
Dengan ditemani sang Bulan dan sayup-sayup ocehan rerumputan
Malam itu aku bertanya,
"Bulan, akankah dia bersinar selamanya?"
Sang bulan tersenyum seperti yang selalu ia lakukan
"Tentu saja," jawabnya hangat
"Tapi...," aku masih saja diliputi kekhawatiran
"Dia telah menyinariku dan mengusir kesepianku"
"Tapi siapakah yang akan mengusir kesepiannya?"
Sang bulan tersenyum lagi
"Bintang-bintang kecil di sekitarnya yang akan menjaganya"
"dan menjadi temannya di kala ia merasa kesepian"
Aku mendongak memandangi bintang-bintang kecil itu
Terpana dan terpesona
"Aku senang ia akan terus hidup"
"Tapi aku selalu berharap bisa menjadi salah satu bintang kecilnya"
"yang akan menyinarinya dan mengusir kesepiannya.."
Kataku sedih
Ocehan rerumputan mulai berteriak memaki-maki
Memandang hina apa yang baru saja kuluapkan dan kupendam sejak lama
Sang bulan pun untuk pertama kalinya meredup
dan memucat
"Mari..," katanya bergetar, "kuantar kau pulang"
"Esok dia pasti datang lagi, jadi janganlah bersedih.."
Kakiku terasa lebih berat untuk melangkah
Bukan karena aku tak ingin pergi
tapi karena aku baru mengakui bahwa kita memang tak bisa bersatu
Aku hanya selalu memilih untuk tidak mempedulikannya
Betapapun giat rerumputan itu memperingatkanku
Aku ingin tetap berusaha membuatmu turun dari tahta penuh kesombonganmu itu
dan benar-benar turun ke bumi
sejenak melupakan kawan-kawan kecilmu di atas sana
dan berkata
"Terima kasih sudah menemaniku selama ini"
"Aku ingin kau menjadi bintang buatku, dan menyinariku"
Tapi kau tak pernah melakukannya
Dan aku dengan bodohnya terus memandangimu dan berharap
Karena itulah kakiku menjadi lebih berat untuk melangkah pergi
Memandangmu sekali lagi di balik awan gelap
yang mungkin sengaja kau kenakan..
Sejenak segalanya tampak lebih jelas dan pilu
Di saat aku memandang sang Bulan
yang entah bagaimana menyadari remuknya hati ini
dan ia tak bisa berbohong dari wajahnya yang turut bersedih..
Aku tahu, sampai kapanpun ia tak akan bosan menemaniku
Aku tahu, sampai kapanpun ia tak akan berhenti menyinariku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar