Januari 03, 2009

Sangata, 2 Januari 2009

Tadi pagi, dari jam 8an sampai jam 11an, aku & keluarga ke Teluk Lombok. Tuh nama pantai di daerah Kutai Timur. Pantainya, tuh, luas banget, pasirnya juga bagus banget. Tapi sayang, sekarang di pinggirnya udah banyak warung. Udah gitu, banyak sapi! Ugh, bau banget kotorannya! Nggak asri kayak dulu…
Anyway, ini pertama kalinya sejak 3 tahun terakhir aku ke sana. Yup, 3 tahun lalu aku memang pernah ke sana. Sama sohibku, cowoknya sohibku, dan … cowok yang sekarang jadi mantanku. Indah banget kenangan di sana. Kalau ngebayangin lagi, lucu juga. Tapi sekaligus tragis…
Pas aku balik ke sana lagi tadi, semua kenangan itu seolah hilang. Entah terbawa angin, dihanyutkan ombak, atau apalah… Aku coba untuk mengingat semua. Terutama, about him… Tapi semua samar... Aku coba untuk jalan sendiri—menjauh dari keluargaku yang pada sibuk cari kelomang—mencari makna. Sambil jalan, sesekali aku menatap tempat dulu kami berempat main. Sesekali menatap air laut yang menghapus jejak kakiku. Aku juga lagi dengerin MP3—yang kebetulan lagunya D’Masiv, “Merindukanmu” dan “Tak Bisa Hidup Tanpamu” —dan lagu-lagu itu punya makna sendiri di hatiku. Aku ngebayangin dia…
Aku tulis namanya di pasir. Aku coba menatap tulisanku. Mencoba memahami apa yang kurasakan. Hampa… Itu yang kurasakan… Trus, kuhapus tulisan itu… Aku juga memandang langit dan berbisik dalam hati. Aku bilang ke dia, aku kembali. Tapi aku terlambat 3 tahun. Karena aku ke tempat itu sendiri. Bukan hanya tanpa dia, tapi benar-benar tanpa dia… Seandainya dulu aku sempat ke tempat itu pas dia masih jadi milikku…
Padahal, dulu aku udah punya rencana. Di hari jadi kami yang ke-2 tahun, aku mau ajak dia ke sana. Tapi 2 minggu sebelum hari jadi, semua cerita antara kami harus selesai… Aku iri karena dia sempat ke sana lagi saat kami masih pacaran, walau nggak sama aku…
Sebenarnya, aku pengen banget ke semua tempat yang pernah aku lewati bareng dia selama di tempat itu. Tapi itu nggak mungkin untuk saat ini. Tapi aku berharap, suatu hari nanti aku bisa ke sana lagi. Mungkin sama dia… Sebenarnya aku juga pengen banget teriakin nama dia sekeras mungkin. Tapi itu kan ‘g mungkin banget. Ada ortuku, bisa dicincang abis…
Betewe, tentang perasaan hampa yang aku rasakan… apa itu berarti aku udah bisa mulai melupakan dia? Tapi kenapa kadang aku masih mikirin dia? Aku setuju kalau ada yang bilang, “bukan waktu yang bisa menyembuhkan luka, tapi diri kita sendiri.”

Tidak ada komentar: